Rabu, 16 Mei 2018

Tanda Orangtua "Beracun" Yang Sering Tidak Disadari Siapapun!

Tidak ada orangtua yang tidak menyayangi, melindungi dan menyediakan yang terbaik untuk anaknya. Selazimnya begitulah peranan orangtua terhadap anak-anaknya.

Namun, gambaran tersebut gak selamanya ideal. Mungkin tak sekejam ibu dalam novel Dave Pelzer, "A Child Called It," atau tak sampai melukai secara fisik. Tetapi sebagian orangtua menerjemahkan makna "kasih" dan "sayang" dengan cara yang berbeda, yang justru membuat anak-anaknya terluka secara emosi dan mental.

Orangtua seperti ini dikenal dengan sebutan "toxic parents" atau orangtua yang beracun. Seperti apa ciri-cirinya?

1. Mereka gagal memberikan rasa aman dan afirmasi positif.

Sebagian orangtua percaya, anak-anak harus mandiri dan tidak manja supaya bisa menjaga dirinya sendiri di masa depan. Jika kamu adalah salah satu anak yang dibesarkan dengan cara-cara yang keras dan tegas, tentunya kamu merasakan manfaatnya saat dewasa.

Namun, tegas bukan berarti melepaskan tanggung jawab dalam hal memberikan rasa aman terhadap anak. Ketegasan memang diperlukan, tetapi anak-anak tetap perlu dipeluk saat sedih dan didukung saat mereka merasa terpuruk.

2. Mereka selalu mengkritisi apapun yang dilakukan anaknya.

Setiap orangtua tentu akan mengkritisi dan memberitahu. Tanpa hal ini, kita gak akan tahu apa yang salah dan apa yang benar.

Tetapi toxic parents terlampau sering mengkritisi apapun yang dilakukan anak-anaknya dan tidak percaya sang anak bisa melakukan dengan benar. Terkadang untuk mengkoreksi tindakan yang salah, toxic parents ini gak segan untuk melakukan kekerasan dan melontarkan kata-kaya kasar.

3. Mereka melontarkan candaan yang tak pantas tentang anaknya.

Punya orangtua yang humoris memang menyenangkan. Tetapi, jika anaknya sendiri yang dijadikan bahan olok-olokan apalagi di depan banyak orang, tentunya hal ini gak lagi jadi hal yang lucu. Apalagi sampai tidak menghiraukan hal-hal yang menjadi kekhawatiran dan ketakutan, atau mengejek mimpi-mimpi sang anak .

Jika orangtuamu suka mengolok-olokmu, dari sisi fisik, hobi, karya atau apapun itu, yang membuatmu merasa buruk, kamu harus berani mengatakan pada mereka bahwa kamu tak nyaman.

4. Mereka selalu menyalahkan anak-anaknya untuk hal-hal buruk.

Naik-turunnya keluarga adalah hal yang wajar. Kita gak bisa selalu mengharapkan kehidupan yang baik setiap waktu. Tetapi jika nasib buruk sedang menimpa keluarga, dan orangtua menuding penyebabnya adalah sang anak walaupun bukan itu penyebabnya, bisa dipastikan mereka adalah tipe toxic parents.

5. Mereka tidak memperbolehkan anaknya menunjukkan emosi negatif.

Mereka melarang anak-anaknya untuk marah. Satu-satunya yang boleh marah dan menangis adalah orangtua. Sementara mereka sendiri tak berusaha menunjukkan sisi emosi yang positif.

Padahal, menyalurkan emosi negatif itu diperlukan semua manusia untuk meringankan depresi. Jika hal ini terjadi di masa kecil, tak menutup kemungkinan di saat dewasa sang anak menjadi sulit mengontrol emosi negatifnya dan malah justru berbahaya.

6. Untuk dihormati, mereka ditakuti.

Semestinya, wibawa lah yang membuat seseorang dihormati dengan sendirinya. Bukannya menciptakan rasa takut agar dihormati. Banyak orangtua yang berlindung di balik kata 'disiplin'. Nyatanya justru anak-anak menjadi takut dan ketakutan itu yang menjauhkan hubungan orangtua-anak.

Jika ini terus berlanjut, komunikasi yang buruk akan terjadi dan anak-anak tak akan berani menceritakan masalah-masalah mereka kepada orangtua. Hubungan semakin menjauh.

7. Mereka mengungkit-ungkit pembalasan budi.

Pada anak-anak yang sudah dewasa, toxic parents seringkali mengungkit-ungkit soal balas budi. "Papa sudah susah-susah sekolahin kamu, sekarang kamu harus nurut sama Papa," atau "Mama melahirkan kamu bertaruh nyawa, sekarang kamu tega-teganya meninggalkan Mama kerja di luar kota."

Tidak ada satu pun anak yang berharap dilahirkan dengan menanggung balas budi terhadap apa yang sudah dilakukan orangtuanya. Pembalasan budi yang selalu diungkit-ungkit akan menimbulkan rasa bersalah pada sang anak, walau sang anak sendiri tak pernah memintanya. Situasi ini membuat anak-anak merasa bahwa kebahagiaan orangtua sepenuhnya berada di pundaknya dan akan menghambat langkahnya ke depan.

Menghindari orang yang beracun dalam hidup kita memang tak mudah, terlebih orang itu adalah orangtua kita. Apalagi jika masalah emosi dan psikis ini terpupuk sejak dini. Jika kamu merasa tidak nyaman, ajaklah bicara orangtuamu sebagai sesama orang dewasa. Jika tak berhasil, mintalah bantuan anggota keluarga yang lain atau psikolog untuk menjadi perantara.

Kesalahan Fatal Orangtua Yang Bisa Membuat Perilaku Anak Menjadi Buruk

Segala hal yang terjadi pada anak akan selalu menjadi tanggung jawab kita sebagai orangtuanya, termasuk keluhan dan rasa tidak nyaman yang mungkin coba ditunjukkannya. Pada titik ini hal yang perlu dipertanyakan adalah pola asuh yang kita terapkan kepada mereka. Sudah menjadi kewajiban kita untuk memenuhi segala kebutuhannya, baik itu fisik atau psikis. Satu hal yang sebanarnya mereka sangat butuhkan selain asupan gizi, air dan istirahat adalah kasih sayang.

Seorang pakar kasih dan sayang dari Psycholog Today, Kory Floyd PhD, mengatakan kurangnya semua itu tentu punya dampak merugikan bagi tubuh. Akan tetapi jangan pula merasa kurang kasih sayang tidak lantas jadi masalah selama masih bisa makan, minum, dan istirahat. Ini adalah satu kesatuan yang saling berhubungan dan berkesinambungan. Untuk itu penting untuk memastikan apakah kasih sayang yang kita berikan pada anak sudah cukup. Jangan sampai anak merasa tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya. Bila hal ini terjadi, kita bisa melihatnya dari tanda-tanda perubahan sikap dan perilaku yang ditunjukkan anak. Hal ini harus segera disikapi agar anak tidak menjadi korban dari kurangnya kasih sayang kita sebagai orangtua.

1. Kurang kasih sayang akan mengakibatkan anak memiliki tingkat rasa percaya diri yang sangat rendah.

Berada dalam situasi tersebut akan membuatnya merasa bahwa rumah bukankah tempat yang akan sepenuhnya mengakui keberadaannya, sebab di tempat itu dia tidak mendapatkan kasih sayang yang dibutuhkannya. Tentu sebagai orangtua kita bisa membayangkan apa yang dirasakannya, dia tidak akan bisa membangun rasa percaya diri di lingkungannya dengan baik. Berbagai macam hal buruk akan berkecamuk dibenaknya. Apa hal yang mendasari orangtuanya tidak memerhatikannya berikut alasan-alasan buruk lain yang akan berpengaruh pada rasa percaya dirinya. Dengan demikian ia akan menjadi lebih sulit untuk belajar membuka diri dan bergaul dengan lingkungan sosial di  luar rumah. Hal ini tentu juga akan berpengaruh pada tingkat kepedulian dan pola berpikir yang dimilikinya kelak.

2. Bisa saja kelak dia akan tumbuh jadi anak yang cenderung melakukan tindak kekerasan.

Hal lain yang akan coba ditunjukkannya demi mendapat perhatian dari orang lain di luar rumah adalah dengan melakukan tindakan yang sekiranya bisa menarik perhatian. Dengan harapan dia akan mendapat kasih sayang dengan caranya sendiri, anak pun akan mencoba melakukan berbagai hal untuk mendapat tujuannya.

Maka tak heran bila dia berubah jadi pribadi yang cenderung sering melakukan tindak kekerasan, memukul teman dan menciptakan keributan di luar rumah. Perhatian dari orang lain sebagai reaksi atas sikapnya tersebut akan memberikan kepuasan tersendiri baginya, meski itu bukan tindakan yang bisa dibenarkan. Dia berpikir ketika ada orang lain yang mampu memberinya perhatian berarti orang tersebut memedulikannya walau ia sendiri belum bisa memahami bagaimana sebenarnya wujud peduli itu.

3. Menjadi anak yang penakut dengan rasa cemas yang berlebihan.

Rasa tidak nyaman membuatnya merasa takut untuk berada di luar lingkungan, bayang-bayang tentang tak adanya kasih sayang dari orangtua selalu jadi momok yang mencengkram kehidupannya. Rasa tidak nyaman tersebut perlahan merubah dirinya menjadi  penakut. Dia pun lantas menutup diri karena rasa cemas berlebihan yang selalu menganggap bahwa tidak akan ada orang yang bisa menerimanya bahkan orangtuanya sekalipun. Lebih buruknya lagi meski lingkungan sudah berlaku baik dan mulai membuka diri untuknya, dia tetap saja tidak bisa menumbuhkan rasa percayanya pada orang lain. Dalam benaknya hanya rasa takut dan kecemasan, sebenarnya dia cuma membutuhkan orang yang bisa memberinya kasih sayang dengan utuh.

4. Kurangnya kasih sayang dari kita sebagai orangtua berpengaruh pada tingkat kepeduliannya terhadap rumah dan lingkungan sekitar.

Anak adalah cerminan dari diri orangtuanya, untuk itu dia akan melakukan hal yang dilihatnya pernah diperbuat oleh  anda. Terbiasa tidak mendapatkan kasih sayang membuatnya tumbuh menjadi anak yang akan melakukan hal sama. Menjadi anak yang cuek dan terkesan tidak memiliki tingkat kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya bahkan pada penghuni rumah sekalipun. Lebih parahnya lagi sikap tersebut tidak akan hanya ditujukan kepada kita sebagai orangtunya, tetapi kepada semua orang yang ada di sekitarnya. Hal ini jelas akan mempengaruhi pergaulan yang akan dijalaninya kelak, termasuk pada hal-hal sosial dalam hidup dan lingkungannya. Bahkan akan berefek buruk pada perkembangan pola pikirnya.

5. Merasa kesepian dan berfikir bahwa dirinya tidaklah penting untuk orangtuanya.

Untuk hal yang satu ini memang akan selalu dirasakan oleh siapapun juga ketika tidak mendapatkan kasih sayang yang semestinya, begitu pula dengan anak. Mereka akan cenderung merasa kosong meski sebenarnya sedang di tengah keramaian sekalipun. Tidak mendapat kasih sayang membuatnya merasa hidup seorang diri tanpa ada yang akan memerhatikannya. Akibatnya ia akan lebih sering menyendiri,  hal ini dilakukannya sebagai pelarian dari rasa sepinya. Bahkah dia mulai berpikir bahwa keberadaannya mungkin tidak berarti bagi orangtua, karena kasih sayang yang sejatinya dibutuhkan oleh seorang anak tidak pernah ia dapatkan dari orangtuanya. Tegakah bila buah hati anda sampai berpikiran seperti itu?

6. Emosional karena tidak bisa mengontrol dirinya sendiri sehingga sering mencari pelampiasan kekesalan.

Kurangnya kasih sayang yang diterima anak tidak hanya akan menjadikan dia sebagai satu-satunya korban, orang-orang disekitarnya juga akan ikut merasakan imbasnya. Hal-hal baik dari hubungan antara orangtua dan anak yang dilihatnya kadang memicu emosi dalam jiwanya untuk berbuat sesuatu yang merupakan pelampiasan dari kekecewaanya. Ia akan tumbuh sebagai anak emosional yang akan mudah merusak hubungannya dengan orang lain, baik di rumah, di sekolah, dan lingkungan lain tempatnya berada. Hal ini sekaligus menunjukkan kepada kita bahwa betapa besar dampak buruk yang akan terjadi bagi mereka ketika orang tua tidak bisa memberinya kasih sayang yang semestinya.

7. Akibat yang paling fatal adalah saat dia mulai membenci kita sebagai orangtuanya.

Untuk orangtua manapun hal ini akan menjadi bencana. Membayangkan seseorang yang membenci kita saja sudah cukup membuat hati sakit. Lalu bagaimana jika ternyata anak jadi membenci kita hanya karena hal yang sebenarnya bisa disikapi dengan lebih baik? Dia akan sampai pada pemahaman bahwa yang dialaminya selama ini adalah sesuatu yang tidak adil baginya. Pemikirannya yang seperti itu jelas akan berpengaruh pada hubungan orangtua dengan anak. Hal ini akan jadi awal dari sebuah jarak yang selanjutnya akan tumbuh dan melebar jika kita tidak bisa segera mengatasinya. Ingat Bunda, tidak satupun anak di dunia ini yang ingin membenci orangtuanya!  Sebaliknya orangtua manapun juga tidak ingin membuat anaknya jadi membencinya!

Orangtua adalah guru pertama yang akan membantu anak menapaki tangga kehidupan. Untuk itu sudah menjadi tugas orangtua untuk lebih mengerti dan memahaminya. Sebab segala perbuatan dan tindakan yang orangtua tunjukkan padanya akan selalu berpengaruh pada pembentukan pola pikir dan jati dirinya kelak.

Ingin Dicintai Anak? Coba Beberapa Hal ini!

Setiap orang tua pasti mencintai anaknya. Tapi belum tentu anak merasa dicintai oleh orang tuanya. Karena anak-anak menilai rasa cinta orang tua lewat tindakan. Bukan sekedar lewat kata-kata.

Beberapa orang tua yang menyatakan cinta pada anaknya di media sosial justru memiliki anak yang tidak merasa dicintai. Hal ini karena apa yang orang tua maksudkan dengan apa yang anak tangkap berbeda.

Jika Anda ingin anak merasa dicintai, maka ada baiknya untuk melakukan 9 hal ini:

1. Mengurangi main ponsel saat bersama anak.

Meminimalkan penggunaan ponsel setiap kali sedang bersama anak. Pekerjaan, media sosial, dan lainnya bisa menunggu tetapi jangan sampai Anda melewatkan masa tumbuh kembangnya.

Jika Anda sulit meninggalkan kebiasaan main ponsel ini, bayangkanlah saat anak Anda sudah remaja nanti dan sudah punya gadget sendiri. Bagaimana perasaan Anda ketika berbicara dengan anak Anda justru ia malah sibuk sendiri dengan ponselnya?

2. Usahakan makan bersama.

Tak harus sehari tiga kali makan bersama. Namun, Anda bisa memilih satu waktu khusus makan bersama keluarga setiap harinya, misalkan saat sarapan maupun makan malam.

Atau, jika satu keluarga memiliki jadwal yang berbeda, upayakan untuk menyisihkan satu maupun dua hari khusus untuk makan bersama keluarga lengkap. Jadikan ini sebagai tradisi agar anak memiliki ingatan baik tentang obrolan meja makan dengan orang tuanya.

3. Ritual jelang tidur.

Anda bisa mulai memberlakukan ritual jelang tidur ini sejak dini. Misal dengan mengajaknya sikat gigi sebelum tidur, memberikan pelukan selamat tidur, maupun membacakan cerita untuknya.

Bila sudah jadi kebiasaan, anak akan selalu menunggu-nunggu ritual jelang tidur ini. Hubungan Anda dan anak pun akan semakin akrab.

4. Sentuhan fisik.

Biasakan untuk selalu memeluk, mencium, maupun membelai anak. Selain membuat anak merasa dicintai, hal tersebut juga akan menghindarkannya dari depresi yang mungkin ia alami ketika dewasa.

Sentuhan fisik juga bisa memberikan rasa aman padanya. Jika orang tua memberikan rasa aman pada anak, maka anak tak segan menceritakan perasaannya pada orang tua.

5. Quality time, bukan hanya quantity time.

Dalam quality time, Anda benar-benar mencurahkan perhatian hanya kepada anak, bukan sekedar duduk menemani di sebelahnya. Namun dalam quantity time, sekalipun Anda hadir bersamanya setiap hari, belum tentu anak merasa bahwa Anda bersamanya untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya.

6. Mendisiplinkan anak.

Jangan sampai anak merasa bahwa ia bisa berbuat apa saja semaunya. Didikan Anda di masa sekarang akan membentuk karakter pribadinya ke depan.

Hukuman, omelan, maupun protes Anda ke anak akan selalu jadi hal yang diingatnya. Untuk itu, gunakan kalimat yang halus namun tegas dan hindari hukuman fisik pada anak.

7. Kontak mata.

Hal sepele ini akan membuat anak merasa dicintai oleh Anda. Karena perhatian Anda padanya akan membuat ia merasa dihargai dan dianggap penting oleh orangtuanya.

8. Tersenyumlah padanya.

Kebiasaan Anda tersenyum padanya akan ditiru oleh anak dalam kehidupan sehari-hari. Kelak, wajah ceria Anda yang akan menghibur dirinya di kala sedih maupun ketika mendapat masalah di luar rumah.

9. Jadilah contoh.

Jika Anda ingin anak menjadi baik, saleh, taat, dan segudang harapan lain, maka jadilah contoh untuknya. Anak bukanlah kotak mimpi orangtuanya semata.

Ia harus melihat contoh orang di sekitarnya yang bisa jadi pelecut semangatnya dalam berprestasi.

Tapi ingat, anak bukanlah diri Anda. Beri apresiasi usahanya, apa pun itu.

Jangan sampai anak merasa kecil hati karena tidak dapat berprestasi seperti Anda maupun saudara dan teman-temannya. Sekali saja Anda membanding-bandingkan anak dengan yang lainnya, maka ia akan mengingatnya seumur hidup.

Maka dari itu, ada baiknya Anda memberi contoh tentang pentingnya bersikap adil dan suportif pada anak. Anda bisa memperlihatkan rasa cinta ke anak dan ditangkap anak dengan baik. Karena cinta anak pada orangtuanya adalah cerminan dari cinta orangtua pada anaknya.

Semoga berhasil menerapkannya ya, Parents...

Orangtua yang Gagal Mencintai dan Dicintai Anaknya. Bagaimana bisa?

Tak ada yang sempurna di dunia ini sehingga kadang apa pun yang kita lakukan dianggap salah di mata orang lain. Dalam hal memberikan kasih sayang pada anak, banyak yang merasa menjadi orangtua yang gagal mencintai anaknya.

Sekalipun orangtua berkata bahwa ia mencintai anak, sikapnya tak menunjukkan hal itu. Sehingga anak pun melihat bahwa orangtuanya tidak mencintainya dan menimbulkan luka hati yang dalam.

Tak ingin disebut gagal karena Parents merasa telah berusaha menjadi orangtua yang baik? Ingat-ingat, sikap apa saja yang pernah Parents lakukan untuknya.

Orangtua yang gagal mencintai dan dicintai anak umumnya melakukan 7 hal berikut:

1. Menunjukkan citra diri yang negatif di depan anak.

Orangtua yang merasa jelek dan tidak percaya diri di depan anak akan membuat anak merasa bahwa ia bukanlah sosok panutan yang baik. Tak hanya mengajarkan anak caranya menjadi orang baik, tapi memberikan contoh yang baik.

Cinta orang tua mencakup kata-kata yang tulus, senyuman atau penampilan ramah yang menunjukkan empati, dan punya rasa humor yang baik. Ia bisa menunjukkan kasih sayang secara fisik, memberikan perlakuan hormat dan perhatian, kelembutan, kemauan bertindak dengan peran "ibu" atau "ayah" yang sesungguhnya, dan memiliki sikap sensitif serta responsif terhadap anak.

2. Tidak jadi orangtua yang dewasa.

Orangtua yang dewasa selalu jadi orang yang bertanggung jawab di depan anak. Ia tak harus sempurna, namun anak bisa menilai apakah orangtuanya bisa menyelesaikan masalah dengan dewasa atau sebaliknya justru tampak seperti orang yang tak siap berumah tangga.

Orangtua seperti ini tak ragu berteriak saat bertengkar dengan pasangan dan saat marah ke anak. Ketika anak meminta bantuannya melakukan sesuatu, orangtua yang gagal akan selalu mencari alasan untuk mengabaikan anaknya.

3. Tidak pernah menunjukkan kasih sayang secara fisik pada anak.

Psychology Today menyatakan bahwa banyak orangtua yang tidak bisa menunjukkan kasih sayangnya pada anak secara langsung. Misal, menggendong anaknya, memeluk anaknya, atau mencium anaknya sejak ia kecil sampai dewasa.

Yessy, seorang ibu dari dua orang anak lelaki bercerita bahwa saat anaknya masih bayi, sang suami tak pernah menggendong anaknya.

"Suami selalu takut menggendong anak dan tak pernah mencoba. Ia juga tak pernah memeluk anak saat ia balita. Baginya, cinta pada anak itu saat ia memberi uang. Padahal anak tak hanya butuh materi," tuturnya.

Saat anak sudah dewasa kini, ia tahu bahwa anaknya mengalami kesulitan mengungkapkan kasih sayang pada calon istrinya. Ia tampak tidak siap menghadapi kehidupan pernikahan.

Misalnya dengan menjadi seorang yang dingin serta cuek sekalipun ia mengaku bahwa dirinya mencintai pasangan yang akan dinikahinya. Kesulitan mengungkapkan kasih sayang ini bermuara dari orangtua yang gagal menunjukkan cintanya saat anak masih kecil dulu.

4. Orangtua punya trauma yang tidak selesai di masa lalu.

Orang yang memiliki trauma sering sulit mengontrol rasa sedih dan frustasinya. Terutama di depan anak-anaknya.

Oleh sebab itu, jika Parents punya trauma di masa lalu, baiknya segera hubungi psikolog atau psikiater yang dapat membantu Anda keluar dari masa suram. Jangan sampai anak yang tak tahu apa-apa ikut menanggung rasa sedih tak berujung dari orangtua yang trauma.

Menunjukkan kesedihan memang tak masalah. Anak perlu tahu bahwa dalam hidup kadang keadaan memang tidak baik-baik saja.

Namun, jika kesedihan itu terjadi terus menerus tanpa akhir dan penyebabnya adalah tragedi di masa lalu, maka Anda butuh pertolongan profesional. Jangan sampai trauma Parents jadi trauma tersendiri di mata anak.

5. Berkata dan bersikap kasar.

Anak akan mengingat Parents sebagai musuh, bukan sebagai orangtua. Karena Anda tak memperlihatkan sebagai orangtua yang membantunya berlindung dari dunia yang kejam ini.

6. Disiplin dengan aturan yang dibuat.

Jika Anda melarang anak untuk merokok, maka Anda juga tidak boleh jadi perokok. Jika Anda ingin anak tidak banyak memainkan gadget, Anda juga harus menunjukkan bahwa Anda tidak terus menerus memegang gadget.

Saat anak melihat Anda melanggar aturan yang diterapkan padanya, ia akan merasa bahwa orang dewasa bisa berbuat semaunya. Orangtua yang gagal adalah mereka yang memberikan banyak aturan namun jadi pelanggar nomer 1 aturan tersebut.

7. Suka mengungkit kesalahan.

Jika anak dan pasangan melakukan kesalahan yang berulang, belum tentu mereka mau diungkit lagi kesalahannya. Mengungkit kesalahan sama saja dengan menusuk dada orang dengan belati berkali-kali.

Bila ingin menunjukkan cinta pada anak, bersikaplah lembut, jadi tempat yang aman untuknya, jadilah contoh yang baik untuk anak, jangan suka mengungkit kesalahan, menyelesaikan masalah dengan diri sendiri, tak ragu tunjukkan kasih sayang, dan bersikap konsisten dengan perkataan yang dibuat.

Jika Parents bukan orangtua seperti di atas, maka selamat! Anda bukan orangtua yang gagal mencintai dan dicintai oleh anak.

Aku Ingin Bebas...

Biarlah aku yang memilih jalan hidupku sendiri
Biar aku yang tentukan arah langkahku
Biar aku kejar apa yang seharusnya aku dapatkan
Biar aku raih semua yang aku inginkan...

Tak usah ada yang mengatur kemana aku harus melangkah
Tak perlu ada yang menentukan kemana aku pergi
Biar saja aku hidup dengan caraku sendiri
Biar saja aku jalani hidupku seiring berjalannya waktu...

Aku hanya ingin bebas seperti burung terbang
Meski aku bisa saja terjatuh dari tingginya anganku
Dan terhempas dari terjalnya cita-citaku
Tapi biarlah aku bebas, lepas, dan terbang setinggi anganku...

Jangan buat aku seperti burung dalam sangkar
Yang tak tau apa yang harus aku lakukan dan kemana aku pergi
Meski tersedia tempat yang bagus dengan makanan yang lezat
Tapi aku terpenjara sunyi dan terbelenggu sepi...

Aku tak bisa melakukan apa yang harus aku lakukan
Aku tak bisa melangkah kemana seharusnya aku pergi
Sekali lagi aku hanya ingin bebas tentukan arahku
Dan ku kejar cita-citaku seperti asa di angan ku...

Tak peduli orang berfikir dan berkata apa
Tak peduli fesimisme orang dengan apa yang aku lakukan
Selama aku bisa mengexpresikan hidupku
Aku kan terus menjalani hidup dengan caraku…

Senin, 14 Mei 2018

Luapan Rasa Untukmu...

Sedikit ungkapan yang kiranya mampu kutulis. Entah apa yang akan terjadi nantinya, bukankah Tuhan selalu tahu bagaimana cinta itu bisa dipersatukan? Karena yang bisa kulakukan hanya berjuang. Itu saja.

Yah, yang mampu aku lakukan ialah hanya berupaya lebih keras, bahwa menujumu adalah kesukaran yang selalu aku inginkan menjadi kenyataan. Kasihku, ini bagaikan tetesan air yang sedang mencoba melunakan batu keras yang kamu sebut dengan “hatimu”.

Kamu tidak perlu repot-repot untuk mengetahui apa saja yang ku lakukan untuk menujumu. Aku melakukannya atas dasar keinginan yang telah lama membatu dipalung hatiku. Kamu tidak akan pernah tahu, bahkan tidak perlu sama sekali, tentang peluh yang kerap kali ku tempuh demi dapat bersama denganmu.

Bahkan dalam mencintai pun aku pernah salah dalam beranggapan, namun aku pun kembali tersadar, bahwa kamu yang indah pun masih saja merupakan sebagian bukan keseluruhan. Menganggapmu sebagai segalanya merupakan kesalahan, padahal kamu hanya sedikit dari anugerah yang Dia berikan.

Khayalanku ini hanya dalam rangka menghibur diri, walaupun aku sudah mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun setidaknya, aku pernah berjuang mati-matian kan? Aku ini pandai sekali dalam beranggapan, walau yang terjadi sebenarnya malah jauh diluar dugaan.

Mungkin sedikit, aku hanya mampu sedikit berujar ditiap kali jumpa, dan mengatakan bahwa aku ini cinta. Namun sepertinya kamu tidak beranggapan demikian. Entah yang kamu anggap itu apa. Yang jelas aku ini tetap rembulan, yang akan bersegera menghilang saat kamu bertemu dengan dia yang lebih terang.

Entah apa jadinya hati yang akan ku berikan padamu ini, bila tidak dengan menulis. Namun kamu tidak perlu khawatir. Aku akan selalu memperbaiki harapan itu meski telah berkali-kali engkau jatuhkan. Malam itu selalu menjadi sajak ku. Karena bila tidak dengan menulis. Mungkin hati yang kamu miliki ini, akan mudah kamu lihat remuk nan miris.

Aku tidak banyak mengerti tentang cinta seperti apa yang tengah ku jalani, namun kamu tahu? Bila cinta itu kamu. Aku akan tetap bertahan meski sayap-sayapnya menusuk tubuhku. Tentu saja cinta itu merepotkan, namun denganmu. Hal yang paling memilukan pun terlihat menyenangkan.

Kenapa waktu tidak mau berjalan lambat dikala aku bersamamu dan kenapa ia tak mau berjalan cepat disaat aku menunggumu? Ah entah lah, aku mulai menggila sendiri dengan kicauku. Meski menawarkan kehangatan, senja itu akan selalu cepat berlalu dan menghilang.

Entah apa yang membuatku tetap bertahan selama ini. Namun ada satu jawaban yang ku anggap itu pasti, semua itu karena “kamu”. Jangan terlalu yakin. Aku menaruh hati bukannya aku tidak di inginkan yang lain. Namun karena bersamamu, kepada yang lain, aku tidak tertarik lagi.

Mungkin sulit dalam mebayangkan akan seperti apa aku ini, namun lukisan-lukisan itu akan semakin jelas setelah goresan-goresan kecil kembali menghujam, dan mungkin seperti ini. Aku ini mawar biru yang tercipta warnanya dari tangis dan kisah pilu. Namun bagaimana denganmu? Kamu adalah kupu-kupu yang tidak pernah sekalipun menginginkan bahagia denganku.

Aku tidak mengerti hukum seperti apa yang kamu terapkan, namun apakah cara seperti ini dapat kamu benarkan? Dan kenapa harus aku yang menanggung beban seberat ini. Bukankah dia yang menyakitimu? Kenapa harus aku yang kamu hukum dengan ragumu?

Aku pun pernah takjub atas kelebihan yang dimiliki oleh orang-orang dari masa lalumu. Namun bagaimana denganku? Apa kamu sudah melihatku secara utuh? Kamu bilang sudah melupakan dia yang menggores luka. Namun ditiap kali kamu membicarakannya, matamu sekilas terlihat bercahaya bagai berkata “Aku ingin kembali”.

Di tiap kali aku ingin menyerah, perjuangan ku yang lalu selalu kembali mengingatkan. Setelah begitu banyak waktu yang ikut menjadi korban, kenapa aku harus menjadi lemah dengan menyerah sejauh ini? Kamu tahu kenapa aku begitu gigih dalam memperjuangkanmu? Karena saat bersamamu, cinta itu terasa hidup, sekalipun kamu tidak menginginkan. Namun hatiku tetap teguh atas pendirian yang ia patri bertahun-tahun silam.

Ah aku benar-benar bingung tentang rindu itu apa. Mungkin aku hanya akan berpasrah, setelah lama berjelaga dengan rindu yang bahkan kamu anggap tiada. Sebenarnya, terbuat dari apa rindu itu? Mana mungkin ia tetap tidak runtuh meski cobaan dan waktu kerap kali menumbuhkan ragu diatas pilu…

Senin, 23 April 2018

Setelah 4 Tahun?

Hello?

Sudah lama sekali gue ngga pernah menyentuh blog ini. Jangankan menyentuh, untuk membuka atau melihatnya gue ngga pernah. Bukan ngga ada waktu, namun lebih ke arah mood haha.

Banyak sekali kisah dan tulisan yang ingin gue bagikan. Namun, karena permasalahan di dunia nyata ngga bisa menunggu jadi gue memutuskan untuk off sementara dan menghapus beberapa tulisan.

Terus apa gue akan kembali? Yap, namun tidak akan seaktif dulu. Karena kegiatan di dunia nyata banyak yang sedang menunggu…

Ahaha bukan sok sibuk, namun semakin bertambah umur semakin bertambahnya juga tanggung jawab. Dan, tanggung jawab ini yang menjadi prioritas hidup gue. Tanggung jawab ini yang akan menuntun gue ke jalan hidup yang sesungguhnya.

“Jika lo ngga bisa buat oranglain bahagia, setidaknya lakukan hal yang menurut lu paling baik dan pantas dilakukan”.

Jujur ya, buat bahagiain oranglain itu agak sulit karena kita ngga tau ukuran bahagia dia seperti apa. Contohnya: Ayah gue belum bisa bangga dan bahagia sama gue. Alasannya memang tidak disebutkan. Tapi, gue yakin namanya seorang orangtua pasti punya ukuran dan batasan untuk anaknya. Dan mungkin dimata beliau gue belum sampai kebatasan itu. Namun, gue akan tetap berusaha mencari alasannya, mengapa?

Gue juga bukan tipe orang yang suka mikir kedepannya harus gimana dan seperti apa. Gue lebih suka merencanakan dan langsung action. Menurut gue, waktu lo akan terbuang sia-sia dengan memikirkan hal seperti itu. Hey, pemikiran tanpa action itu nol besar!

“Jika lo punya ide, jangan malu, jangan ragu, dan jangan takut untuk sharing.”

Justru bagus jika lo sharing ide lo, karena orang yang dengar akan menambah masukannya. That’s point! Dan inilah yang buat ide lo lebih berwarna. Ngga usah takutlah ide lo diambil atau dicuri. Karena, jika lo punya kemampuan dan otak lo masih bisa membuat ide lagi.

Berfikirlah positif dengan semuanya. Karena semua berawal dari pemikiran. Pemikiran lo bagus, kedepannya bagus dan sebaliknya begitu. Jangan pernah takut untuk memulai dan mencari. Jangan seperti anak jaman sekarang yang maunya hanya ingin tersedia semua tanpa belajar dari prosesnya.

Kalian tau, proses ngga akan pernah mengkhianati hasil dan pengalaman yang akan menceritakan semuanya…